Ayunan Coklat Tua

Ayunan Coklat Tua; Cerpen
#Bising #Rindu
Sore itu aku sedang bergegas menuju tempat yang biasa memangkuku menjelang petang datang. Seperti sore sore lalu, tempat ini masih sama. Hanya ada satu hal yang berbeda sepanjang ingat ku memandang arah barat sampai timur - Pohon palem tempat Dia bersandar dulu-. 

Beriring habis usia pohon itu, senyumnya pun mulai hilang dari ingatanku. Hanya masih tersisa bekas bangku di bawahnya yang mulai mengusam. Bangku pincang berkaki empat dengan anak-anak rayap di ujung bawah kirinya. Suasananya masih sama, angin merdu bersenandung menghempas sore dan menuntunnya menuju petang, suara aduan sayap jangkring sayup sayup mulai terdengar beriringan. Satu lampu bertiang itu pun sudah mulai teraliri listrik, tanda petang telah menelan sore tanpa sisa. Penikmat remang satu per satu datang bersama jolinya. Seperti biasanya ku bersiap beranjak pergi, satu tempat yang selalu ku tuju setelah suasana ini datang.Ayunan kayu warna coklat tua tepat di pojok timur tempat ini. Hanya disana tempat yang tak tersentuh para penikmat remang ini, alasannya.. karena terang cahaya disana mengalahkan silaunya gigi artis iklan pasta gigi belakangan ini hehe.. 

Beranjak pergi dengan langkah gontai, bergegas ku melebarkan langkah, ingin segera terhindar dari bisingnya tempat sunyi ini. Sendal jepit merek joger jelek yang sengaja diadu dengan jalan setapak bata ringan, (eh bata merah deng) menghasilkan nada langkah pada umumnya, dalam bayangku masih ku ingat dulu sering memainkan suara langkah bersamanya.

Ku toleh tepat di sebelah kiriku, ada kran air kecil tempat kami membasuh kaki berlumur pasir, kini tak lagi mengeluarkan kucuran air. Tawaku dalam hati tak terbendung menembus bibir memaksa pipi untuk menarik otonya, aku tersenyum mengingatnya. Itu salah satu peristiwa indah bersamanya, di mana aku dapat melihat senyum tawa genetikku, iya, dia gemar juga memainkan air untukku. 

Sekian lama mengayun langkah, ku sadari ada satu hal lagi yang berubah dari tempat ini, ayunan kayu coklat tuaku, kini tak lagi seterang dulu, diantara lima tiang lampu yang mengitarinya hanya ada 1 lampu yang menyala, itupun lampu warna oranye dan sudah banyak penikmat remang mengambil tempat. Aku tidak suka keramaian sunyi ini, kuputuskan pulang bersama rindu akan ayunan itu, Aku merindunya, merindu ayunan dan orang yang sering mendorongnya tepat ketika aku duduk diatasnya. 

Dalam langkah pulang terbayang semua ingatan, hingga akhirnya ku tersadar semua tak kan lagi sama. Rutinitasku kini tak lagi bersama ayunan itu, tapi ku tau kau masih disana menunggu ku tuk bisa bersama lagi walau dunia kita telah berbeda. Aku merindumu... Nek.

Kadek Ari Wibawa
Ayunan Coklat Tua

[ww]-Share. Ari Wibawa #sambilNgopi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bantu [ww]-Share dengan Komentar Anda
[walaupun hanya say "hay"]

[ww]-share [ww]-Share [ww]-Share
[ww] Share